ANNOUNCEMENT

News Ticker

7/recent/ticker-posts

Sambut Milad ke-113, UM Pontianak Gelar Bedah Buku Sejarah Muhammadiyah di Kalbar

Acara seminar dan bedah buku dalam rangka Milad 113 tahun Muhammadiyah di UMP (18/11)
(MPI PWM Kalbar, 2025)


Telah 113 tahun Muhammadiyah berdiri dan masyarakat perlu diperkenalkan dengan sejarah perkembangan Muhammadiyah di daerah. Buku bertajuk “Surya di Khatulistiwa: Sejarah Muhammadiyah Kalimantan Barat 1925–1949” menghadirkan start point organisasi itu dengan berbagai tantangan dan dinamikanya di Bumi Khatulistiwa. 


Bertepatan dengan perayaan Milad Muhammadiyah pada tanggal 18 November, buku ini resmi diperkenalkan dalam seminar dan bedah buku yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP).

Setidaknya lebih dari puluhan peserta hadir dalam acara seminar dan bedah buku ini. Termasuklah diantaranya pimpinan lembaga Muhammadiyah, ahli waris dari tokoh Muhammadiyah dan Aisyiyah, para akademisi, dan peserta dari latar belakang lainnya. Acara ini juga dihadiri oleh rektor UMP, Heriansyah, S.H. S.H.I, M.Pd. sekaligus memberikan kata sambutan dan Ketua PWM Kalimantan Barat, Dr. H. Pabali Musa, M.Ag. yang sekaligus membuka acara kegiatan.

Dalam sambutannya, Heriansyah menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan seminar dan bedah buku yang terlaksana. “Momentum hari ini menjadi sangat baik sekali. Meskipun bukunya tipis, saya kira ini melengkapi apa yang telah dilakukan oleh ayahanda kita sebelumnya, Hj. Nilwani yang juga beberapa kali menulis tentang tokoh-tokoh Muhammadiyah Kalimantan Barat. InsyaAllah momentum milad ini juga akan kami sampaikan ketika kita 35 tahun yang lalu bercita-cita untuk memiliki perguruan tinggi Muhammadiyah, maka insyaAllah tahun ini juga kita akan mewujudkan cita-cita memiliki Rumah Sakit Muhammadiyah. Mudah-mudahan dari bedah buku dan kegiatan milad ini akan melahirkan pikiran-pikiran baru, gerakan-gerakan baru, amal usaha baru termasuk mendirikan Rumah Sakit Muhammadiyah yang insyaAllah bisa kita selesaikan di bulan Desember 2025”.


“Ini menjadi momen sejarah yang luar biasa, baru kali ini diadakan bedah buku secara khusus dalam rangka memperingati dan merayakan milad Muhammadiyah yang ke-113. Nah, tentu dalam kegiatan ini kita bisa menggali sejarah yang merupakan bagian dari perjuangan pendahulu kita di Kalimantan Barat. 100 tahun bukan usia yang pendek. Tapi tokoh-tokoh sebelum masa kemerdekaan sudah mulai membawakan misi Muhammadiyah di Kalimantan Barat ini, terutama di jalur pantura”, ucap Pabali Musa.

Acara inti kemudian dipandu oleh Dwi Cahyo Prasetyo, S.IP., M.A. Di dalam kesempatan yang singkat ini, Mohammad Rikaz selaku penulis buku memberikan sekapur sirih terkait isi dari buku yang ia susun. Disusul dengan pembedahan buku oleh H. Nilwani Hamid, S.Ag. M.Pd. dan Dr. Amalia Irfani, M.Si. Keduanya merupakan akademisi yang bergerak dalam lembaga Muhammadiyah dan Aisyiyah. Para pembedah juga menuturkan pendapat mereka lewat sudut pandang yang berbeda, di mana dalam kesempatan ini, Nilwani Hamid beropini dalam kacamata sejarah yang sukses menghadirkan kritik sejarah. Sedangkan, Amalia Irfani dalam sisi sosiologi.

Peserta acara seminar dan bedah buku (MPI PWM Kalbar, 2025)


Tidak hanya sukses mendapatkan apresiasi dari pemimpin, kegiatan bedah buku juga menarik atensi para peserta dari berbagai latar belakang. Beberapa diantaranya mengajukan pertanyaan dan yang lainnya memberikan pernyataan. Dari diskusi yang terlaksana, para peserta sangat mengharapkan agar buku tersebut tidak hanya berhenti pada periodisasi 1925–1949. Melainkan diharapkan agar dapat berlanjut ke periode selanjutnya serta menyambut dengan baik pihak yang ingin mengajukan kerja sama.

Di penghujung acara, Heriansyah kembali membuka suara, “Sebagai bentuk apresiasi terhadap tokoh-tokoh muhammdiyah beserta keluarganya. Atas nama UMP akan memberikan beasiswa khusus kepada sanak keluarga untuk berkuliah di UMP. Terkait teknis dan prosesnya akan kami bicarakan. Tetapi kami siap menerima beasiswa bagi cucu atau cicit dari tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ingin berkuliah di UM Pontianak”. Ungkapan ini kemudian mendapatkan respon positif dari para peserta yang hadir dan secara antusias menunggu rencana tersebut terealisasikan. 

Post a Comment

0 Comments