![]() |
Anggota Gerwani aktif dalam turut serta memberantas buta huruf di masyarakat. Dokumentasi: berdikarionline.com |
Oleh: M. Rikaz Prabowo
Gerwani menolak prostitusi, pornografi, dan poligami yang aktif diperjuangkan kader-kadernya hingga akhirnya dibungkam habis di era Orde Baru.
Sejarah kelam akan peristiwa G-30/S 1965 sebagaimana yang menyeret PKI sebagai salah satu dalangnya, juga membawa pengaruh kepada organisasi-organisasi yang masih berafiliasi dengan partai tersebut. Salah satunya Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), salah satu organisasi wanita paling progressif pada tahun 1950an hingga 1965. Berbeda dengan penghancuran PKI, saat itu rezim Orde Baru yang berkuasa menggantikan Orde Lama, menghancurkan Gerwani dengan cara penangkapan anggota-anggotanya dan juga dihembuskan berbagai isu-isu miring. Sehingga masyarakat lama kelamaan termakan isu tersebut dan akan memandang negatif tentang Gerwani.
Banyak sekali contohnya, yang sering diucapkan di buku-buku sejarah ataupun lewat mulut ke mulut. Seperti, "Gerwani adalah organisasi pelacur untuk menyalurkan hasrat seks anggota PKI", "Gerwani melakukan pesta seks pada malam Gerakan 30 September 1965", "Gerwani memotong alat kelamin jenderal-jenderal yang diculik", "Gerwani dituduh menghalangi tentara pasca G-30/S 1965 dengan tarian telanjang yang familiar disebut tari Harum Bunga", dan lain sebagainya. Isu dan propaganda itu sukses di makan oleh publik pada masa Orde Baru sehingga berhasil mengubah cara pandang terhadap organisasi ini menjadi menjijikkan.
Padahal sebagai salah satu organisasi feminis, yang memperjuangkan hak-hak kaum wanita dan keseteraan gender, sudah barang tentu masalah pelacuran tentu menjadi program organisasi tersebut untuk memberantas penyakit masyarakat ini. Termasuk Gerwani yang memerangi pelacuran, bukan menjadi pelacur seperti apa yang dituduhkan Orde Baru. Berikut ini gagasan dan pandangan pokok Gerwani terhadap pelacuran dan keseteraan gender, yang dihimpun oleh Yani Mulyanti (2013) dalam artikel berjudul Gerwani Memerangi Pelacuran dan Pornografi (berdikarionline.com) berdasarkan penelitian Saskia Eleonora Wieringa berjudul Penghancuran Gerakan Perempuan: Politik Seksual di Indonesia Pasca Kejatuhan PKI (2010).
- Masalah pelacuran menjadi perhatian utama Gerwani, dalam kampanyenya, Gerwani selalu mengambil contoh Uni Soviet dan RRT sebagai negara yang sukses memberantas pelacuran dan merehabilitasinya.
- Pada Pemilu 1955, Gerwani menjadikan pemberantasan pelacuran sebagai isu dalam kampanye. Menurut organisasi ini pelacuran bukanlah kesalahan perempuan, kondisi sosial ekonomi-lah yang memaksa mereka menjadi pelacur. Gerwani percaya apabila sosialisme diterapkan maka pelacuran akan musnah
- Gerwani aktif memerangi pornografi yang disebarkan lewat film-film, terutama film barat. Menurut Gerwani pornografi merupakan bagian dari strategi kebudayaan imperialis
- Gerwani melihat Kapitalisme menempatkan perempuan sebagai objek seksual dan objek eksploitasi untuk kepentingan bisnis. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari paham seksisme yang berkembang di negara kapitalis untuk mencari pembenaran atas tindakan eksploitasi perempuan baik sebagai tenaga kerja murah, sebagai pasar, maupun sebagai komoditas.
- Bagi Gerwani, pornografi berakar pada sistem kapitalisme yang menempatkan perempuan sebagai objek seksual dan objek yang dapat menggali keuntungan. Sedangkan bagi ormas-ormas agama pornografi berakar pada moralitas si pelaku.
- Pada tahun 1962, saat Presiden Soekarno menggalakkan kampanye nation and character building, Gerwani mendukung pendirian Lembaga Film Rakyat sebagai bentuk resistensi untuk melawan penetrasi kebudayaan imperialis-kapitalis melalui film-film yang tak sedikit menayangkan hal-hal erotisme.
- Gerwani memperjuangkan kesetaraan gender dan mengecam tradisi-tradisi kolot tradisional yang memandang wanita lebih rendah dari laki-laki. Termasuk terkait perkawinan paksaan dan poligami Gerwani menentang keras hal ini.
- Dalam pandangan keluarga Ideal, Gerwani berupaya mewujudkan keluarga manipolis sejati yang menempatkan suami-istri dalam posisi yang setara dan saling bekerja sama, punya kesadaran politik.
Demikian gagasan dan pandangan pokok Gerwani terhadap pelacuran, pornografi, dan kesetaraan gender. Tentulah hal ini masih harus dikembangkan lagi agar mencapai suatu kesimpulan sejarah yang objektif.
0 Comments