![]() |
Peserta FGD tentang Makam Juang Mandor, Perpustakaan Kota Pontianak, 20/7. (Dok. Hendoyo) |
Oleh: Yastrid Salwa Wardina | Staf Redaksi Majalah Riwajat
Melalui Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025, tim yang dipimpin oleh Hendoyo mengembangkan media pembelajaran Virtual Reality Makam Juang Mandor. Sebagai bagian dari proses riset diadakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Menggali Ingatan Kolektif Mandor Berdarah dan Makna Makam Juang Mandor bagi Generasi Muda.”
Apreza – Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah FKIP UNTAN – berkesempatan memandu jalannya FGD. Sambutan dari Hendoyo – ketua tim pelaksana – mengawali acara yang dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Juli 2025 di Perpustakaan Kota Pontianak. Dilanjutkan sambutan dari Any Rahmayani, mewakili Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII Kalimantan Barat.
Materi “Perspektif Sejarah Tragedi Mandor Berdarah” yang dibawakan oleh Dr. Karel Juniardi, S.S., M.Pd dan materi “Investigasi dan Narasi Tragedi Mandor” yang disampaikan oleh Victor Fidelis Santosa, menjadi pengantar sebelum memasuki sesi diskusi. Peserta sangat antusias menyampaikan pengetahuannya terkait Peristiwa Mandor, Situs Makam Juang Mandor, dan Virtual Reality pada sesi diskusi.
Beberapa peserta juga memberikan saran kepada tim pelaksana. “Peristiwa Mandor hingga saat ini masih menjadi sejarah yang abu-abu. Naskah narasi Peristiwa Mandor yang akan dimasukan ke media virtual reality perlu dikaji secara mendalam. Agar menjadi sebuah media pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman siswa” ungkap Any Rahmayani.
![]() |
FGD Peristiwa Mandor di Perpustakaan Kota Pontianak, 20/7 (Dok. Hendoyo) |
Mohammad Rikaz Prabowo menegaskan “Penulisan narasi sejarah Peristiwa Mandor diperlukan objektifitas yang tinggi. Semua sumber perlu ditafsirkan secara logis dan diterima dengan akal sehat. Kritik sumber perlu diperketat agar semua sumber yang digunakan kredibel”. Ditambahkan pula makam ini mulai dibangun saat masa NICA tahun 1946 dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal van Mook tahun 1947. Akan tetapi kembali dibangun ulang oleh pemda dan diresmikan pada tahun 1977.
Aqif Alghifari mengatakan “Kebanyakan ahli waris korban Peristiwa Mandor meyakini keluarganya dimakamkan di sana. Meskipun banyak dari kita yang bertanya-tanya, apakah betul semua korban dibunuh dan disemayamkan di Makam Juang Mandor, sangat penting untuk tetap menghormati keyakinan para ahli waris.”
Acara ini dihadiri oleh 24 peserta dari kalangan Mahasiswa, akademisi, penggiat sejarah, dan masyarakat umum. Beberapa peserta memiki hubungan darah dengan para korban Peristiwa Mandor. Dengan adanya FGD ini, menjadi ruang diskusi antara para pegiat sejarah dan para kerabat untuk sekedar bercerita ataupun mengeluarkan sudut pandangnya terkait genosida tersebut.
0 Comments