Dr. Schwaner, Penjelajah Ilmiah Pertama di Tanah Kalimantan

Pegunungan Schwaner yang berada di perbatasan Kalimantan Barat 
dan Kalimantan Tengah. (Sumber: beritabanjarmasin.com)


Oleh: Voka Panthara Barega | Penulis Sejarah di Bandung

Dikenal sebagai orang asing pertama yang berhasil menembus jantung belantara Kalimantan dengan perjalanan dari Banjarmasin hingga Pontianak. Atas jasanya diabadikan sebagai salah satu pegunungan di pulau itu.

Kalimantan, sebuah pulau yang letaknya di tengah gugusan kepulauan Indonesia. Pulau terbesar ketiga di dunia ini digambarkan sebagai tempat yang penuh misteri, petualangan dan juga marabahaya. Setidaknya itulah yang digambarkan oleh para penjelajah Eropa berabad-abad yang lalu, dan memori tersebut masih membekas dalam ingatan masyarakat saat ini.

Meski dikenal begitu, Kalimantan menjadi salah satu destinasi yang menarik bagi para penjelajah. Beragamnya jenis flora dan fauna, sumber daya alam yang melimpah, karakteristik penduduk aslinya yang unik dan misterius menjadi alasan mengapa Kalimantan kerap kali menjadi lokasi perjalanan dan penelitian bagi para penjelajah tersebut.

Dr. Schwaner menjadi salah satu dari banyaknya penjelajah yang melakukan penelitian di Kalimantan. Ia dikenal sebagai orang pertama yang berhasil menembus jantung belantara Kalimantan dengan melakukan perjalanan dari Banjarmasin hingga Pontianak. Namanya pun diabadikan sebagai salah satu nama pegunungan di Kalimantan.


Riwayat Hidup Schwaner

File:Schwaner Kotta Baroe aan de Kapoeas Moeroeng.jpg

Ilustrasi Suasana di Kapuas-Murung yang digambar oleh Schwaner

Sumber: Direpro dari Buku Borneo – C. A. L. M. Schwaner


Carl Anton Ludwig Maria Schwaner lahir pada 1817 di Mannheim, Jerman. Dalam Deutsche Biographie, semasa mudanya Schwaner menempuh pendidikan di Universitas Heidelberg, Jerman dengan mengambil studi mineralogi dan geologi. Setelah lulus, ia bekerja di Rijksmuseum van Natuurlijke Historie (Museum Sejarah Natural) di Leiden, Belanda.

Setelah mendapat gelar doktor, Schwaner kemudian direkrut oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1841 sebagai anggota Natuurkundige Commissie (Komisi Pengetahuan Alam). Perekrutannya tersebut direkomendasikan oleh direktur museum tempat ia bekerja, yaitu Coenraad Jacob Temminck. Pada tahun yang sama, ia langsung ditempatkan di Jawa.

Pada Agustus 1842, Schwaner tiba di Batavia (Jakarta). Ia bertugas untuk melakukan eksplorasi sumber daya alam yang ada di Hindia Belanda. Dengan berbagai pertimbangan, ia memutuskan untuk memilih Kalimantan sebagai kawasan penelitiannya, di mana ia tinggal di sana mulai dari akhir 1843 hingga awal 1848.

Penelitian Schwaner ini didukung oleh pemerintah Hindia Belanda. Alasannya karena di satu sisi Belanda dapat menguasai wilayah Kalimantan mengingat persaingannya dengan Inggris yang telah menempatkan kekuasaannya di Sabah, Sarawak dan Brunei. Dengan adanya penelitian tersebut, wilayah-wilayah Kalimantan yang belum terjamah akan mulai terpetakan dan menjadi bagian dari Hindia Belanda.


Perjalanan Schwaner di Kalimantan

Selama penelitiannya di Kalimantan, Schwaner benar-benar tidak mengetahui mengenai seluk beluk wilayah tersebut. Hal ini dirasa wajar, bahwasanya Kalimantan menjadi salah satu terra incognita-nya Hindia Belanda hingga pertengahan abad ke-19.

Dalam bukunya Borneo, ia memulai perjalanannya dari Banjarmasin, kemudian menuju Tanah-Laut, diteruskan sepanjang pantai timur Kalimantan hingga ke Pasir lalu menuju cekungan Barito, dan sebagian dari kawasan Mahakam. Selanjutnya ia melakukan perjalanan ke arah barat dari sungai Barito, Kahayan, Katingan, Kapuas, dan Melawi sampai akhirnya tiba di Pontianak.

Ekspedisinya untuk mencapai Pontianak dimulai pada 31 Oktober 1847. Schwaner bertolak dari Palingkau, Pulau-Petak menuju ke hilir sungai Barito, sebelum masuk ke sebuah terusan yang mengarah ke hulu Sungai Kahayan. Melalui Sungai Kahayan, ia akhirnya tiba di Tumbang Mohin, dan melakukan penelitian di Bukit Kaminting. Selanjutnya ia kemudian turun menuju Pohong Batu di Katingan, dilanjutkan menuju Senamang, sebelum akhirnya tiba di Riam Batang.

Perjalanan Schwaner dilanjutkan dengan mendaki pegunungan yang membatasi Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah, kemudian melewati hutan hingga akhirnya tiba di Kotta Dengan Kamai. Dari sini mereka menyusuri Sungai Kapuas untuk sampai di Serawai, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan melalui Sungai Melawi dan tiba di Sintang. Dari Sintang, Schwaner akhirnya sampai di Pontianak pada 2 Februari 1948.

Selama perjalanannya, Schwaner telah memetakan kawasan yang kaya emas dan intan di Tanah Laut, ladang batu bara di Sungai Riam Kanan, Lokpinong, menemukan kandungan emas di pegunungan yang dikenal sebagai Pegunungan Schwaner dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, Schwaner juga telah mengumpulkan beragam jenis flora dan fauna, sekaligus mendeskripsikan para penduduk asli di Kalimantan.

Hal inilah yang membuat Schwaner didapuk sebagai peneliti tentang Kalimantan yang paling menonjol pada masanya, dan hasil penelitiannya tidak tertandingi sejak saat itu. Hasil penelitiannya pun dijadikan sebagai rujukan para penjelajah dan ilmuwan yang meneliti Kalimantan.


Akhir Kisah Hidup Schwaner

Setelah melakukan ekspedisinya di Kalimantan, Schwaner kembali ke Jawa untuk menyusun laporan ilmiahnya dan menyerahkannya pada pemerintah Hindia Belanda pada akhir 1850. Ia kemudian menikah, namun sayangnya pernikahannya berlangsung singkat karena istrinya meninggal akibat kecelakaan kapal di Tanjung Harapan saat hendak pulang ke Belanda.

Sepeninggal istrinya, Schwaner menjalani hidupnya sendiri. Ia kemudian mendapat perintah dari pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan perjalanan ilmiah ke pedalaman bagian selatan Kalimantan Timur. Saat tengah bersiap, Schwaner jatuh sakit akibat serangan demam dan akhirnya meninggal dunia pada Maret 1851 di Batavia (Jakarta).

Theodor Posewitz dalam Borneo: Its Geology And Mineral Resources mengatakan andai saja Schwaner tidak meninggal, maka ia dapat menjadi “Junghuhn”-nya Borneo karena kemampuannya dalam ilmu geografi dan geologinya yang luar biasa. Nasib Schwaner serupa dengan Ludwig Horner, yang merupakan geolog yang juga meneliti di Kalimantan, di mana karyanya baru dipublikasikan setelah ia meninggal dunia.

Dalam Geological Explorations in Central Borneo (1893-1894), G. A. F. Molengraaf mengabadikan nama Schwaner sebagai sebuah nama rangkaian pegunungan yang terletak di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Nama Pegunungan Schwaner hingga saat ini pun masih digunakan. Selain itu, nama Schwaner pun diabadikan sebagai sebuah nama jalan yaitu Schwanerstrasse di Kota Mannheim, Jerman yang merupakan tanah kelahirannya.


Warisan Karya Schwaner

Dapat dikatakan nama Schwaner cukup terlupakan baik di telinga peneliti Eropa maupun di Indonesia sendiri. Alasannya, karya-karya Schwaner sendiri sebagian besar telah hilang, di mana sedikit diantaranya berhasil diselamatkan dan disimpan di Museum Leiden.

Warisan terbesar dari Dr. Schwaner adalah bukunya yang berjudul Borneo. Buku ini terdiri dari dua volume, di mana penyusunan dan penerbitannya dilakukan oleh rekannya, Dr. Jan Pijnappel. Isi buku tersebut menceritakan rangkaian kisah perjalanan dari Schwaner dari Banjarmasin menembus jantung belantara Kalimantan hingga tiba di Pontianak.

Selain buku tersebut, terdapat pula 3 artikel jurnal yang ditulis olehnya yang isinya membahas tentang kondisi geografis, geologis serta sejarah mengenai wilayah yang telah dikunjunginya. Semua karya tulisnya menjadi rujukan penting dalam penelitian di wilayah Kalimantan dalam berbagai bidang ilmu. 


https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1c/Schwaner_BORNEO-Titel_Band_1.jpg/640px-Schwaner_BORNEO-Titel_Band_1.jpg     https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/Schwaner_BORNEO-Titel_Band_2.jpg/640px-Schwaner_BORNEO-Titel_Band_2.jpg

Cover dari Jilid 1 dan 2 Buku Borneo yang ditulis oleh Dr. Schwaner

Sumber: Direpro dari Buku Borneo – C. A. L. M. Schwaner

Selain buku tersebut, terdapat pula 3 artikel jurnal yang ditulis olehnya yang isinya membahas tentang kondisi geografis, geologis serta sejarah mengenai wilayah yang telah dikunjunginya. Semua karya tulisnya menjadi rujukan penting dalam penelitian di wilayah Kalimantan dalam berbagai bidang ilmu.

0 comments:

Post a Comment