ANNOUNCEMENT

News Ticker

7/recent/ticker-posts

Dihantui Alusi Orde Baru: Romantisme Hubungan Prabowo & Si Bapak Pembangunan

Prabowo Subianto (kiri) semasa masih menjadi Pangkostrad dengan Presiden Suharto (kanan)
(IG @prabowo, 2024)


Oleh: M. Aqif Alghifari dan Yastri Salwa Wardina
Redaksi Majalah Riwajat

Cuitan atau hashtag  “Orde Baru Jilid II” sempat menjadi tren di jagad maya sebagai persepsi prematur terhadap pemerintahan Prabowo Subianto yang merupakan mantan menantu Presiden Suharto. Terlebih adanya wacana untuk menetapkan presiden kedua tersebut menjadi pahlawan nasional. Masyarakat Indonesia masih merasa trauma dengan semua penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Baru. 

Kata Orde Baru merujuk pada masa ketika Indonesia dipimpin oleh Bapak Pembangunan, yaitu Jenderal Besar TNI (Purn) H.M. Soeharto dari 1966 hingga 1998. Namanya kian naik setelah ambil peran dalam menumpas Gerakan 30 September 1965 yang melibatkan PKI serta mempertahankan stabilitas ekonomi dan politik yang pada saat itu sedang tergerus hingga berujung pada inflasi. Usahanya tersebut, tidak lain berdasar pada Surat Perintah 11 Maret 1966—hingga saat ini naskah asli tersebut belum ditemukan keberadaannya. Tidak hanya sebatas berhubungan dengan hal yang melibatkan kepentingan negara, Soeharto juga menjalin hubungan bapak-anak buah dengan Prabowo. Terlihat dari loyalitas yang ditunjukkan oleh Prabowo serta sikapnya dalam mendukung visi dan misi Soeharto selama ia menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Sudah bukan rahasia umum lagi jika Presiden Prabowo tidak hanya memiliki kedekatan professional, tetapi juga memiliki kedekatan emosional dengan pemimpin Orde Baru.

Dalam panggung sejarah politik Indonesia, hubungan antara Prabowo dan Soeharto tidak hanya terbingkai dalam bidang militer. Anak keempat Soeharto, Siti Hediati Hariyadi atau yang akrab dipanggil Ibu Titiek Soeharto dipersunting oleh Prabowo pada 1983. Sehingga sejak saat itu, Prabowo dan Soeharto memiliki hubungan affinal—hubungan kekerabatan melalui pernikahan. Bowo adalah nama panggilan dari Soeharto kepada Prabowo, beliau mengatakan jika banyak belajar dari Soeharto. Terdapat tiga pesan dalam bahasa Jawa yang diberikan Soeharto kepada Prabowo, yaitu ojo lali, ojo dumeh, dan ojo ngoyo. Maksud dari ojo lali adalah jangan lupa, jangan lupa dengan semua pelajaran yang pernah didapat. Kemudian maksud dari ojo dumeh adalah jangan sombong, jangan pernah meremehkan semua situasi dan selalu waspada dengan semua keadaan. Sedangkan maksud dari pesan terakhir, ojo ngoyo adalah jangan memaksakan kehendak, sebagai manusia harus mengukur kemampuan dalam menghadapi tantangan. Demikian Subianto dalam Kepemimpinan Militer (buku 2), Catatan Dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto (2022).

Masih dalam Kepemimpinan Militer (buku 1), Catatan Dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto, Soeharto dipandang sebagai seorang pekerja keras, sangat disiplin, dan teliti serta mendorong semua orang untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, Pak Harto selalu tersenyum, ketika marah hanya diam, dan tidak bersedia berbicara dengan orang yang sedang marah. Prabowo seringkali bertemu dan makan malam bersama Soeharto di kediamannya. Pada kesempatan inilah, Soeharto menceritakan pengalamannya kepada Prabowo. Pada tahun 1985, ketika Prabowo baru diangkat menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/KOSTRAD, Soeharto menjelaskan bagaimana membentuk, merekrut, melatih, dan membina satu batalyon tempur. Cerita tersebut diimplementasikan oleh Prabowo selama menjadi Komandan Batalyon 328, sehingga banyak kalangan menilai Batalyon 328 yang dikomandoi Prabowo menjadi pasukan yang sangat tajam (2022).

Hubungan baik ini tidak hanya terjalin antara Prabowo dan Soeharto, tetapi juga terjalin hingga ke keluarga besar mereka. Berita daring pinterpolitik.com berjudul “Titiek Soeharto dan Prabowo: Kisah Cinta Terhalang Politik?” tanggal 19 Desember 2024, mengatakan Prof. Sumitro Djojohadikusumo—Ayah Prabowo dan Presiden Soeharto saling menghormati. Prof. Sumitro menghormati Presiden Soeharto dan keluarganya dalam hal budaya, sedangkan Presiden Soeharto memandang Prof. Sumitro sebagai cendekiawan terkemuka. Menurut berita daring tempo.co berjudul “Soeharto Lengser, Karier Militer Prabowo Amblas Kisah Cintanya Kandas” tanggal 21 Mei 2024, keluarga Prabowo dan keluarga Cendana—julukan keluarga Soeharto mulai terlihat tidak harmonis di bidang politik sejak tahun 1995. Ayah Prabowo mulai melakukan kritik terhadap Soeharto karena berbagai kebijakan Pemerintah Orde Baru, terutama kebijakan di bidang ekonomi. Kritik tersebut pada dasarnya bersifat profesional dan demi kepentingan nasional. Namun, berubah menjadi masalah keluarga, terutama setelah Ayah Prabowo mengundang Hartono Rekso Dharsono – lawan politik Soeharto ke rumahnya.

Hasyim Akbar dalam Prabowo Subianto Panglima Komando Strategis Angkatan Darat mengungkapkan jika Soeharto mendapat laporan dari Panglima ABRI – Wiranto, bahwa Prabowo setiap malam menemui Habibie. Selain itu, Prabowo juga dekat dengan tokoh oposisi seperti Gus Dur, Amin Rais, dan Adnan Buyung Nasution (2021). Terdapat juga berita yang menuding jika Prabowo berusaha menjatuhkan kekuasaan Soeharto. Jalan yang ditempuh untuk melakukan hal tersebut sama dengan cara Soeharto melengserkan Soekarno. Prabowo diduga melakukan perjanjian belakang layar dengan Habibie ketika kesehatan Soeharto menurun. Namun, dalam perkembangannya Habibie justru mengalihkan dukungannya ke Wiranto karena terpengaruh Feisal Tanjung. Demikian Leiliyanti, dkk, dalam Transcoding Wacana Konstruksi dan Kontestasi Citra Jokowi dan Prabowo dalam Media Sosial pada Masa Kampanye Pilpres 2014 (2017).

Menurut tempo.co dalam “Soeharto Lengser, Karier Militer Prabowo Amblas Kisah Cintanya Kandas” tanggal 21 Mei 2024, tudingan ini semakin diperkuat dengan kenyataan dilapangan bahwa selama kericuhan Mei 1998, Prabowo sebagai Pangkostrad tidak terlihat mengantisipasi mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Keluarga Cendana memandang Prabowo sebagai pengkhianat, hal ini berdampak pada hubungan Prabowo dengan istrinya yaitu Titiek Soeharto. Prabowo dan Titiek Soeharto terpaksa berpisah karena restu Soeharto kepada Prabowo habis. Selain itu, Prabowo juga diberhentikan dengan hormat dari ABRI. Menurut Agil Try Julianto Rizky, dkk, setelah keluar dari ABRI, Prabowo menghabiskan waktu di Yordania – salah satu negara di Timur Tengah serta beberapa negara di Eropa (2023).

Tudingan miring terhadap Prabowo mengenai runtuhnya Orde Baru tidak sepenuhnya benar. Prabowo diberbagai kesempatan mengatakan bahwa semua tudingan yang disampaikan oleh media hanyalah fitnah yang ingin menjatuhkan nama baiknya. Pernyataan ini didukung dengan situasi hubungan antara Prabowo dan anak-anak Soeharto—terutama Ibu Titiek Soeharto hingga saat ini masih terjalin dengan sangat baik. Bahkan Tommy Soeharto—anak bungsu Soeharto ketika diwawancarai oleh Najwa Shihab dalam kanal Youtube Mata Najwa yang berjudul Mata Najwa Part 6 - Siapa Rindu Soeharto: Tommy Soeharto: Jokowi atau Prabowo? tanggal 12 Juli 2018, mengatakan Prabowo masih dianggap bagian dari Keluarga Cendana, oleh sebab itu foto Prabowo bersama seluruh keluarga Pak Harto masih terpajang di dinding rumah Presiden Kedua Republik Indonesia. Pada tanggal 8 Juni 2024, Prabowo juga mengunggah foto dirinya bersama Presiden Soeharto di instagram pribadinya dalam rangka mengenang 103 tahun kelahiran Soeharto.

Post a Comment

0 Comments