ANNOUNCEMENT

News Ticker

7/recent/ticker-posts

Mendokumentasikan Sejarah & Tradisi Lisan di Kayong Utara

Proses perekaman tradisi lisan (Dok. Salwa, 2025)


Pewarta:

M. Aqif Alghifari | Kontributor Majalah Riwajat


Budaya bertutur di Kayong Utara kian memudar dan terancam hilang, mendorong Mohammad Rikaz Prabowo mengajukan program Intan Kayong: Inventarisasi Tradisi Lisan di Kabupaten Kayong Utara, pada Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII Kalimantan Barat.

Selain Mohammad Rikaz Prabowo, kru Tim Intan Kayong terdiri atas Yastrid Salwa Wardina, Leony Artanevia, dan Rido Septiadi serta mendapat bantuan umum dari Angela Windi Djaskiandini, Edo Saputra, dan Muhammad Aqif Alghifari. Program ini sudah dipersiapkan sejak bulan Juli. Perjalanan pencarian narasumber dilaksanakan pada bulan Agustus dibeberapa lokasi, seperti Sukadana, Kepulauan Karimata, Teluk Melano, dan tempat lain hingga di Pontianak. Beberapa lokasi hanya dapat diakses melalui jalur sungai dan laut, sehingga seluruh kru harus menggunakan berbagai jenis kapal untuk mencapai lokasi tersebut.

Tim Intan Kayong berhasil menghimpun dua belas cerita yang berasal dari memori kolektif delapan narasumber. Narasumber berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari guru, tokoh budaya, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum. Kedua belas cerita akan disajikan dalam bentuk sebuah buku berjudul “Tradisi Lisan & Sejarah Lisan di Kabupaten Kayong Utara”. Terbagi menjadi empat bab, yaitu Bab I: Mengenal Tradisi Lisan dan Sejarah Lisan, Bab II: Cerita Dari Daerah Simpang, Bab III: Cerita Dari Daerah Sukadana, dan Bab IV: Cerita dari Daerah Karimata.

M. Rikaz Prabowo, ketua Tim Intan Kayong (Dok. Edo S, 2025)

Desiminasi buku dilaksanakan pada hari Jumat, 31 Oktober yang lalu, bertempat di Aula SMAN 1 Sukadana. Dihadiri peserta dari berbagai kalangan, seperti Kerabat Kerajaan Simpang, Kerabat Kerajaan Sukadana, Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia maupun Sejarah di Kayong Utara,  akademisi Lembaga Simpang Mandiri, pelajar SMA, dan masih banyak lagi.

Acara desiminasi diawali dengan pembacaan laporan tim pelaksana yang dibacakan oleh Yastrid Salwa Wardina. Dilanjutkan dengan kata sambutan dari Erik Yuniastuti, M.Pd selaku Kepala SMAN 1 Sukadana. Acara berikutnya adalah sesi diskusi yang diawali dengan pemaparan materi dari dua pemantik, yaitu Mohammad Rikaz Prabowo dan Gusti Muhammad Hukma selaku Sultan Kerajaan Simpang.

“Saya sangat mengapresiasi penelitian yang dilakukan oleh Tim Intan Kayong, besar harapan kegiatan ini menjadi pemantik bagi guru di Kayong Utara untuk meneliti atau menulis buku kearifan lokal. Sehingga kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.” Ungkap Erik Yuniastuti sekaligus membuka acara.

Gusti Muhammad Hukma mengatakan “Saya sangat berterimakasih kepada Bapak Rikaz dan tim karena telah mengangkat sejarah yang ada di Simpang, Sukadana, dan Kepulauan Karimata. Tradisi lisan dan sejarah lisan adalah cerita dari mulut ke mulut. Dalam budaya kita disebut sebagai betutur. Budaya betutur pada umumnya dilakukan oleh orang tua kepada anaknya ketika ada waktu senggang di rumah. Seperti ketika berkumpul di depan pelita ketika mati lampu dan menjelang tidur. Namun, anak-anak zaman sekarang sudah berbeda, lebih memilih bermain dengan handphone dari pada mendengarkan cerita. Sehingga cerita masa lalu sudah perlu dihimpun agar tetap lestari di masa depan”.

Narasumber dan tokoh yang diundang dalam desiminasi Intan Kayong di Sukadana Jumat (31/10)
(Dok. Edo S, 2025)

Mohammad Rikaz Prabowo menjelaskan “Cerita yang kami sajikan pada buku ini telah kami sunting dengan berbagai sumber kredibel, maka semakin memperkuat narasinya. Tradisi lisan mendapat berbagai tantangan, mulai dari menurunnya daya ingat sampai menurunnya kemampuan berbicara penuturnya. Resiko perubahan jalan cerita menjadi lebih besar. Apabila cerita yang berubah tersebut tergolong sebagai sejarah, maka akan sangat berbahaya di masa depan. Disinilah letak penting dari melakukan inventarisasi cerita lisan”

Peserta desiminasi sangat antusias dengan program ini, terutama peserta yang berlatar belakang sebagai pendidik atau guru. Beberapa diantaranya secara terang-terangan meminta untuk dibimbing agar dapat membuat program yang berdampak terhadap kemajuan kebudayaan dan pendidikan di Kayong Utara.

Post a Comment

0 Comments