Arakan Pengantin Melayu yang ditampilkan oleh mahasiswa peserta mata kuliah Hukum Adat, PPKN FKIP UNTAN, Selasa (27/5). (Dok. Rio Jupardi, 2025). |
Melalui tema Sinergi Sosial-Budaya, pameran tugas akhir ini diharapkan mampu mempromosikan nilai-nilai kearifan lokal, kebersamaan, dan multikulturalisme sembari memperkuat tradisi di tengah masyarakat.
Oleh. Yastrid Salwa Wardina | Redaksi Majalah Riwajat
Pontianak – Universitas Tanjungpura (UNTAN) resmi memasuki minggu-minggu penilaian akhir semester genap. Mengangkat semangat kolaborasi, sejumlah program studi di bawah rumpun ilmu sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTAN, seperti Pendidikan Sejarah, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), serta Pendidikan Sosiologi menggelar kegiatan dan pameran bertajuk Sinergi Sosial-Budaya, Selasa (27/5).
Kegiatan yang berlangsung di Kampus 1 FKIP UNTAN ini dirancang sebagai bentuk penilaian akhir semester bagi sejumlah mata kuliah, antara lain Hukum Adat, Sejarah Indonesia Masa Islam, Museologi, Sumber Belajar dan Media Pembelajaran PPKn Berbasis (SBMP PPKn) ICT, serta Inovasi Media-Teknologi Pembelajaran (TP) Sosiologi. Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, Kepala Prodi PPKn, serta para dosen pengampu mata kuliah terkait.
Lebih dari seratus mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan ini. Dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan kegiatan Arakan Pengantin Melayu sebagai adat perkawinan masyarakat Melayu. Arakan ini berlangsung dari Gedung Pascasarjana menuju panggung FKIP UNTAN. Kegiatan dilanjutkan dengan hiburan penampilan Tari Zapin, Berbalas Pantun, prosesi pernikahan adat melayu, syair gulung, qasidah, hingga tradisi Saprahan Sambas. Tidak hanya menyuguhkan hiburan budaya, kegiatan ini juga mengusung misi edukasi. Beberapa kegiatan seperti prosesi pernikahan Adat Melayu, Pembacaan Syair Gulung, dan Qasidah, secara khusus dirancang untuk menampilkan wujud akulturasi budaya pada masa Islam. Prosesi dan hiburan ini dijalankan oleh mahasiswa peserta mata kuliah Hukum Adat dan Sejarah Indonesia Masa Islam.
Musik Qasidah sebagai hasul akulturasi era Islam yang digunakan untuk syiar Islam pada masanya. (Dok. Rio Jupardi, 2025). |
Acara Sinergi Sosial-Budaya ini juga menampilkan pameran media pembelajaran baik konvensional maupun berbasis Information & Communication Technology (ICT). Tampak beberapa diorama dan maket terkait situs-situs sejarah seperti Tugu Digulis Pontianak dan Hotel Yamato di Surabaya, hasil karya mahasiswa peserta mata kuliah Museologi. Sementara mata kuliah lain seperti SBMP PPKn ICT dan Inovasi Media-TP Sosiologi menampilkan media pembelajaran yang dirancang oleh mahasiswa berbasis games interaktif dan internet. Media pembelajaran ini rencananya akan diterapkan oleh mahasiswa yang nantinya akan mengikuti praktik pengalaman lapangan (PPL), dan diharapkan mampu membawa hasil positif pada peningkatan minat belajar dan hasil evaluasi.
Pameran diorama Sejarah. (Dok. Rio Jupardi, 2025). |
Pengunjung melakukan pemindaian untuk mengakses media pembelajaran dan games berbasis ICT. (Dok. Rio Jupardi, 2025). |
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, Dr. Imran M.Kes., menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. “Jurusan sangat mendukung kegiatan kolaboratif seperti ini, dan kami berharap kerja sama antar prodi terus ditingkatkan ke depannya,” ujarnya. Melalui kegiatan ini, FKIP UNTAN tidak hanya memperkuat intergrasi dan kerjasama dalam kurikulum semata, tetapi juga menanamkan nilai-nilai multikulturalisme kepada mahasiswa melalui pendekatan seni dan tradisi lokal.
0 Comments