ANNOUNCEMENT

News Ticker

7/recent/ticker-posts

Lebaran Sastra, Momen Silaturahmi Penggiat Literasi di Pontianak

Lebaran Sastra ke-III, 18 April 2025 (Dokumentasi Rio P)


Pewarta: Rio Prayogo | Mahasiswa Pendidikan Sejarah Untan

Lebaran Sastra-Silaturahmi Literasi (LSSL) 2025, diadakan di Rumah Budaya Kampung Bangka yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas sastra dan literasi di Kota Pontianak. Selain menjadi wadah unjuk karya sastra, kegiatan ini juga jadi ajang silaturahmi literasi bagi masyarakat. 

Komunitas sastra dan literasi di Kalimantan Barat kembali menggelar acara tahunan "Lebaran Sastra" untuk ketiga kalinya pada hari jumat, tanggal 18 April 2025 dengan semangat swadaya dan gotong royong. Festival yang diselenggarakan di rumah Melayu yang ikonik di tepi Sungai Kapuas ini menampilkan beragam kegiatan literasi, pembacaan puisi, dan berbagi karya sastra antar pegiat literasi lokal.

"Ini mungkin satu-satunya kegiatan sastra di Kalimantan Barat yang masih dilakukan secara swadaya. Beberapa ibu membawa makanan dan kue, ada yang membawa air mineral, ada yang menggoreng kerupuk," ungkap Ahmad Sofian, salah satu penggagas acara tersebut. Beberapa komunitas yang turut meramaikan momen ini antara lain: Literer Khatulistiwa, Kampung Wisata Caping Pontianak, Perpustakaan Bahagia Mendawai, Forum Taman Baca Masyarakat (TBM), Sastra di Ruang Publik, Read Aloud, Suara Literasi Membara (Setara), Ponti Baca, Puisi Pontianak, Kopermeka Bekate, Foto Keluarge, Majalah Riwajat, dan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HIMSERA) Untan, dsb. 

Dalam acara yang dihadiri berbagai komunitas sastra dan literasi ini, peserta berkesempatan membacakan karya mereka maupun karya sastrawan lain. Salah satu peserta, Nur Husan dari Rumah Literasi, membacakan cerpen karya Seno Gumira Ajidarma yang berjudul "Jawaban Alina".

Festival yang diadakan pada minggu ketiga bulan Syawal ini juga mendapat dukungan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Kalimantan Barat. Perwakilan dinas tersebut menyampaikan kesiapan mereka untuk berkolaborasi dengan pegiat literasi dalam program Transformasi Perpustakaan Berbasis Informasi yang telah dijalankan sejak 2018.

"Perpustakaan harus berbenah diri, bertransformasi menjadi pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dengan program ini kami berharap dapat terus bersinergi dan berkolaborasi untuk membangun literasi masyarakat," ujar perwakilan DPK dalam sambutannya. 

Ahmad Sofian berharap Lebaran Sastra dapat terus berlanjut hingga edisi berikutnya sebagai warisan budaya literasi di Kalimantan Barat. Ia juga mengungkapkan harapannya agar ekosistem literasi di daerah tersebut semakin terbuka dan inklusif.

"Harapannya di satu atau dua tahun ke depan, kita benar-benar bisa saling mendukung acara literasi satu sama lain tanpa memandang siapa penyelenggaranya," tambahnya.

Lebaran Sastra yang akan datang juga mengusulkan agar peserta mengenakan busana tradisional pada penyelenggaraan acara berikutnya, sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya lokal.

"Bahwa setiap tahun, di minggu ketiga bulan Syawal, ada satu event, satu momen di mana kita berkumpul bersama. Itu di rumah ini, di ruangan ini, untuk kita berlebaran bersama, berlebaran literasi," tambah Ahmad Sofian saat diwawancarai setelah acara selesai (18/4).

Sofian menjelaskan bahwa Lebaran Sastra kali ini merupakan penyelenggaraan yang ketiga, dan akan terus dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya sebagai upaya memajukan dunia sastra serta meningkatkan literasi masyarakat. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem literasi, sastra, dan budaya yang sehat, egaliter, serta solid di Kota Pontianak ke depannya.

Pada Lebaran Sastra kali ini, acara diisi dengan penampilan pembacaan syair, puisi, cerpen, serta musikalisasi puisi oleh teman-teman dari Komunitas Sarang Semut Universitas Tanjungpura (UNTAN) yang sangat menarik untuk disimak dan dihayati.

Salah satu penampilan yang mencuri perhatian adalah pembacaan syair lama yang terbit pada 19 Mei 1924 di surat kabar Halilintar, berjudul "Selamat Hari Raya Islam" ciptaan M. Yusuf. Syair tersebut dibacakan oleh perwakilan redaksi Majalah Riwajat M. Rikaz Prabowo, yang berisi doa-doa, kritik, harapan, serta rasa bangga terhadap tanah air pada masa itu. Rikaz menyebutkan syair pada era sebelum kemerdekaan RI, syair (dan sastra lainnya) digunakan sebagai media untuk melawan kolonialisme dengan ungkapan-kritik yang tersirat dan satir. Selain diharapkan mampu menyadarkan si pembaca agar memiliki kesadaran kebangsaan.  

Selain itu, ada penampilan dari Praja yang masih duduk sebagai siswa di SMA Muhammadiyah 1 Pontianak. Praja yang juga Duta Pendidikan Kalimantan Barat ini, membacakan puisi karya W.S. Rendra yang menggugah jiwa para pendengar.

Di akhir sambutannya, Sofian berharap kegiatan Lebaran Sastra ini dapat terus diselenggarakan di tahun-tahun mendatang, serta semakin banyak masyarakat yang tertarik dengan dunia sastra, sehingga budaya literasi di Kalimantan Barat dapat terus meningkat. 

Post a Comment

0 Comments